METODE PEMBELAJARAN
DALAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
MAKALAH
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah
Manajemen Diklat
Disusun
Oleh :
SANIA VAND SISKA 14002010
YUSNIARTI 14002020
PUTRI ANANDITA 14002027
MAY SIMBOLON 14002079
RAUDHATUL JANNAH 14002043
JURUSAN
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah swt, atas
rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah untuk Tugas Kelompok Mata Kuliah Manajemen
Diklat.
Penulisan makalah ini tentunya memerlukan
bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak yang ada di sekitar Penulis, untuk
itu Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1.
Kedua orang
tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan berupa moril ataupun materil.
2.
Bapak Dr.
Ahmad Sabandi, M.pd. selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Manajemen Diklat yang telah memberikan bimbingan.
Penulis menyadari banyak kesalahan dalam
pembuatan makalah ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun sehingga untuk kedepannya Penulis tidak melakukan kesalahan
yang sama.
Demikianlah makalah Penulis susun
dengan harapan semoga bermanfaat bagi semua pihak dan mohon maaf atas
kesalahan.
Padang,
September 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran adalah usaha sadar untuk
menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia melalui kegiatan
pengajaran. Ada dua buah konsep pembelajaran yang berkaitan dengan lainnya, yaitu
belajar dan pembelajaran. Konsep belajar berakar pada
pihak peserta pembelajaran/peserta diklat dan konsep pembelajaran berakar pada
pihak fasilitator/widyaiswara. Dalam proses belajar mengajar (PBM)akan terjadi
interaksi antara peserta pembelajaran dengan narasumber / fasilitator/
widyaiswara. Peserta pembelajaran adalah seseorang atau sekelompok orang
sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedang fasilitator
adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah dan pengelola
kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
Mengenai konsep
dan proses tersebut diatas kaitannya dengan Pendikan dan Pelatihan hampir tidak
ada bedanya, yang membedakan adalah dalam menerapkan pendekatan
pembelajarannya. Jika dalam proses PBM lebih mengedepankan pendekatan
Paedagogik sedangkan dalam proses Diklat lebih tepat mengedepankan Andragogik.
Kegiatan belajar mengajar melibatkan
beberapa komponen, yaitu peserta pembelajaran, guru/pendidik/fasilitator,
tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode mengajar, media atau sumber belajar
dan evaluasi. Tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah laku
yang positif dari peserta pembelajaran atau peserta diklat setelah mengikuti
kegiatan belajar mengajar, seperti : perubahan yang secara psikologis akan
tampil dalam tingkah laku (over behaviour) yang dapat diamati melalui alat
indera oleh orang lain baik tutur katanya, motorik dan gaya hidupnya. Jika berorientasi
pada Tujuan Diklat maka akan mengubah pada peningkatan wawasan
pengetahuan/knowledge, peningkatan sikap dan perilaku/attitude dan peningkatan
keahlian dan keterampilan/skillnya. (PP No. 101 tahun 2000 tentang
Pendidikan dan Pelatihan bagi Pegawai Negeri Sipil).
Mengajar merupakan
istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan mengenai pendidikan
atau pelatihan karena keeratan hubungan antara keduanya. Metodologi mengajar
dalam dunia pembelajaran perlu dimiliki oleh pendidik/fasilitator/widyaiswara,
karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara mengajar
fasilitatornya. Jika cara mengajarnya enak, maka peserta pembelajaran akan
tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan. Jika antusiasme mengikuti
pembelajaran atau diklat tercipta maka proses KBM atau kediklatan akan kondusif
dan efektif dan hasil belajar yang dicapai akan berpengaruh pada pesertanya.
Karena metode mengajar banyak ragamnya, maka kita harus mampu menerapkan
aneka ragam metode tersebut agar dalam proses belajar mengajar bervariatif,
disesuaikan dengan tipe belajar peserta diklat dan kondisi serta situasi yang
ada pada saat itu, sehingga tujuan pengajaran yang telah dirumuskan oleh
fasilitator dapat terwujud/tercapai. Karena pada hakikatnya semakin bervariatif
metode pembelajaran yang diterapkan akan semakin dekat dengan pencapaian
tujuan, sebaliknya semakin terbatas metode pembelajaran akan semakin jauh atau
kering dari pencapaian tujuan pembelajaran. Melihat begitu pentingnya metode
mengajar dalam pembelajaran pendidikan dan pelatihan, maka penulis ingin
membahasnya lebih jauh terkait dengan Metode pembelajaran dalam pendidikan dan
pelatihan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas maka rumusan permasalahan adalah bagaimana metode pembelajaran dalam
pendidikan dan pelatihan?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini
adalah untuk mengetahui metode pembelajaran dalam pendidikan dan pelatihan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Metode Diklat
Metode berasal dari bahasa Yunani
yaitu methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Kamus Besar Bahasa
Indonesia mengartikan metode sebagai cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Metode juga menyangkut masalah cara
kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi
metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Metode pendidikan pelatihan adalah
metode pembelajaran dalam pendidikan dan pelatiihan dapat diartikan sebagai
cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
B. Metode Pelatihan
Menurut Cherrington (1995:358),
metode dalam pelatihan dibagi dua, yaitu on the job training dan off the job
training. On the job training lebih banyak digunakan dibandingkan off the job
training. Hal ini disebabkan karena metode on the job training lebih focus pada
peningkatan produktivitas secara tepat. Sedangkan metode off the job training
lebih focus pada perkembangan dan pendidikan jangka panjang.
1. Model on the job training
a. Makna on the job training
Menurut Gary Dessler (2006: 285) on
the job (OJT) merupakan kegiatan melatih seseorang untuk mempelajari pekerjaan
sambil mengerjakannya.
Menurut Handoko (1989) pelatihan
diberikan pada saat karyawan bekerja. Sambil bekerja seperti biasa, karyawan
memperoleh pelatihan sehingga dapat memperoleh umpan balik secara langsung dari
pelatihnya.
b. Bentuk Pelatihan On The Job Training
Menurut Cherrington (1995: 358)
bentuk On The Job Training dibagi menjadi enam :
1) Job Instruction Training
Job Instruction Training merupakan bentuk
pelatihan yang memerlukan analisis
kinerja pekerjaan secara teliti. Pelatihan ini dimulai dengan penjelasan
awal tentang tujuan pekerjaan . pelatihan ini dimulai dengan penjelasan awal
tetang tujuan pekerjaan dan menunjukan langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan.
2) Apprenticeship
Merupakan bentuk pelatihan yang mengarah pada
proses penerimaan karyawan baru yang bekerja bersama dan dibawah bimbingan
praktisi yang ahli untuk beberapa waktu tertentu.
Efektivitas pelatihan ini bergantung pada
kemampuan praktisi yang ahli dalam mengawasi proses pelatihan.
3) Internship dan Assistantships
Merupakan bentuk pelatihan yang hampir sama
dengan pelatihan apprenliceships, hanya pelatihan ini mengarah pada kekosongan
pekerjaan yang menuntut pendidikan formal yang lebih tinggi. Contoh internships
training adalah cooperalive education project maksudnya aadalah pelatihan bagi
siswa yang bekerja disuatu perusahaan dan diperlakukan sama seperti karyawan
dalam perusahaan, tetapi tetap dibawah pengawasan ahli.
4) Job Rotation dan Transfer
Merupakan proses belajar untuk mengisi
kekosongan dalam manajemen dan teknikal.pelatihan ini memiliki beberapa
kekurangan yaitu:
a)
Peserta
pelatihan hanya merasa dipekerjaan sementara tidak mempunyai komitmen untuk
terlibat dalam pekerjaan dengan sungguh sungguh.
b)
Banyak
waktu yang terbuang untuk member orientasi pada peserta terhadap kondisi
pekerjaan yang baru.
Pelatihan ini juga mempunyai keuntungan yaitu
jika pelatihan ini diberikan oleh manajer ahli maka peserta akan memperoleh
tambahan pengetahuan mengenai pelaksanaan dan praktik dalam pekerjaan.
5) Junior Boards and Committee
Assignment
Merupakan alternative pelatihan dengan memindahkan
peserta pelatihan dalam komite dengan tujuan bertanggung jawab dalam
pengambilan keputusan administrasi dan menempatkan peserta dalam anggota
eksekutif agar memperoleh kesempatan dalam berinteraksi dengan eksekutif yang
lain.
6) Couching dan counselling
Merupakan bentuk pelatihan yang mengharapkan
timbal balik dalam penampilan kerja, dukungan dari pelatih, dan penjelasan
secara perlahan cara melakukan pekerjaan secara tepat.
2. Model off the job training
a. Makna off the job training
Merupakan bentuk pelatihan yang
dilakukan diluar waktu kerja, dan berlangsung dilokasi yang jauh dari tempat
kerja, agar perharian peserta lebih terfokus.
Peserta pelatihan menerima
presentasi tentang aspek tertentu, kemudian diminta untuk memberikan tanggapan
sebagaimana dalam kondisi yang sebenarnya. Dalam teknik ini juga digunakan
metode simulasi.
Kelebihan dari metode off the job
training ini adalah
1) Trainer lebih terampil dalam mengajar
2) Trainer atau karyawan terhindar dari
kekacauan dan tekanan situasi kerja
3) Tidak mengganggu proses kerja di
tempat kerja
4) Waktu dan perhatian memadai
b. Bentuk pelatihan off the job
training
Menurut cherrington (1995:358)
metode pelatihan off the job training dibagi menjadi tiga belas macam, yaitu:
1) Vestibule training
Merupakan bentuk pelatihan yang dilakukan
ditempat tersendiri yang dikondisikan seperti tempat aslinya.
2) Lecture
Merupakan bentuk pelatihan berbentuk
penyampaian informasi kepada sejumlah orang dalam waktu bersamaan
3) Independent self study
Merupakan bentuk pelatihan yang mengharapkan peserta
untuk melatih diri sendiri, misalnya dengan membaca buku, majalah, mengambil
kursus pada universitas local dan mengikuti pertemuan profesional.
4) Visual presentation
Merupakan bentuk pelatihan dengan menggunakan televise,
fulm, video, atau presentasi dengan menggunakan slide.
5) Conferences dan discussion
Merupakan pelatihan yang digunakan untuk
pengambilan keputusan dan masing-masing peserta dapat saling belajar antara
yang satu dengan yang lainnya.
6) Teleconferencing
Merupakan bentuk pelatihan dengan menggunakan
satelit, yang pelatih dan peserta dimungkinkan untuk berada pada tempat yang
berbeda.
7) Case Studies
Merupakan pelatihan yang digunakan dalam kelas
bisnis, yaitu peserta dituntut untuk menemukan prinsi-prinsip dasar denngan
menganalisis masalah yang ada.
8) Role Playing
Merupakan bentuk pelatihan yang mengondisikan
peserta pada permsalahan tertentu. Peserta harus dapat menyelesaikan
permasalahan seolah-olah terlibat langsung.
9) Simulation
Merupkan bentuk pelatihan yang menciptakan
suasana belajaryang sangat sesuai atu mirip dengan kondisi pekerjaan. Pelatihan
ini digunakan untuk belajar secara teknikal danmotor skill.
10)
Programmed
Instruction
Merupakan bentuk pelatihan penerapan prinsip
dalam kondisi opersional, biasanyamenggunakan computer.
11)
Computer-based
training
Merupakan bentuk pelatihan yang diharapkan
mempunyai hubungan interktif antara computer dengan peserta, yaitu peserta
diminta untuk merespon secara langsung selama proses belajar.
12)
Laboratory
Trainning
Merupakan bentuk pelatihan yang terdiri dari kelompok diskusi yang tidak
beraturan. Setiap peserta diminta untuk mengungkapkan perasaannya antara yang
satu dengan yang lain. Tujuan pelatihan ini adalah untuk menciptakan
kewaspadaan dan menigkatkan sensitivitas terhadp prilaku dan persaan orang lain
atau pun dalam kelompok.
13)
Programmed
Group Excersice
Merupakan bentuk pelatihan yang melibatkan
peserta untuk bekerjasama dalam memecahkan masalah.
C. Strategi Metode Pembelajaran Diklat
Metode penyampaian pelatian
bergantung pada tujuan yang diinginkan. Meneurut keren Lawson (1977), secara
ringkas strategi pelatihan terdiri atas penambahan pengetahuan, meningkatkan
keterampilan, dan menumbuhkan sikap (prilaku).
1. Strategi untuk Menambah Pengetahuan
Tujuan pelatiha adalah untuk menambah
pengetahuan dan wawasan kepada peserta. Setelah selesai pelatihan, setiap
peserta diharapkan semakin luas pengetahuan dan wawasannya sehingga berdaya
guna dalam meningkatkan kinerja untuk mencari ide-ide dan pemikiran baru.
Menambah pengetahuan dalam dilaksanakan dengan metode:
a. Buku tes/materi tertulis
b. Kuliah dan presentasi
c. Permainan
d. Diskusi terpadu
e. Tayangan
2. Strategi untuk meningkatkan
Keterampilan
Jika tujuan pelatihan untuk
menambahketerampilan peserta , aktivitas lapangan menjadi landasan sbuah
keberhasikan pelatihan. Praktik dilapangan merupakan cara efektif untuk
meningkatkan keterampilan karena banyaknya kasus yang akan dihadapi. Kasus
actual yang terjadi merupakan pembelajaran yang tepat untuk pelatihan tersebut.
Bentuk pelatihan ini diantaranya dengan cara:
a. Role play
b. Simulasi
c. On the job training
d. Aktifitas sesuai arahan.
3. Strategi untuk Menumbuhkan Sikap
Sikap atau perilaku merupakan salah
satuparameter yangcukup penting dalam membangun keberhasila sebuah tim.
Perilaku efektif, positif dan lainnya
menjadi dasar komunikasi dan berujung pada sebuah win-win solusi jika
melibatkan beberapa pihak.
Cara pelatihan ini dapat dilakukan dengan
metode sebagai berikut:
a. Diskusi terpadu
b. Diskusi kelompok
c. Debat
d. Studi kasus
BAB III
PENERAPAN
A. Pelaksanaan Choaching di Muhammadiah Boarding Scholl
JAKARTA, MUHAMMADIYAH.OR.ID - Muhammadiyah Boarding School (MBS) Kampung Sawah dan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UHAMKAakan menyelenggarakan Seminar Pendidikan
Mutakhir, Sabtu (04/06) di Auidtorium KH. Ahmad Dahlan Kampus B UHAMKA Jakarta.
Seminar yang bertemakan “Coaching Dalam
Dunia Pendidikan; Transformasi Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri” ini
menghadirkan pakar dan pengembang pendidikan coaching profesional Indonesia Coach
Rizqie Amalia dan penulis buku 13 Pelangi Cinta Yessy Yanita Sari.
Ketua Pelaksana Andri Yulianto mengatakan, kegiatan ini
diprakarsai karena keprihatinan yang mendalam atas realitas pendidikan yang
tanpa disadari sedang menjauh dari falsafah dan ruh pendidikan itu sendiri,
yaitu menggali potensi, memunculkan karakter dan fitrah peserta didik serta
melejitkannya menjadi rahmat bagi semesta alam.
“Lihat fenomena yang semakin gila tentang output dan
perilaku dari peserta didik dan bahkan oknum pendidik itu sendiri. Kasus
pemerkosaan dengan pacul, guru mencubit dipenjara, guru digundul orangtua dan
lain sebagainya. Membuat nurani kita merinding,” katanya.
Lebih dalamnya lagi Andri mengulas, sesungguhnya maksud
pendidikan itu adalah sempurnanya hidup manusia sehingga bisa memenuhi segala
keperluan hidup lahir dan batin. Jadi menurutnya, pengetahuan, kepandaian
janganlah dianggap maksud dan tujuan, tetapikepandaian hanyalah alatdan
perkakas. Bunganya, yang kelak akan jadi buah, itulah yang harus diutamakan.
“Buahnya pendidikan, yaitu matangnya jiwa, yang akan mewujudkan
hidup dan penghidupan yang tertib dan suci dan manfaat bagi orang lain.
Demikian harapan dan falsafah pendidikan yang digagas oleh banyak tokoh,
termasuk Ki Ahmad Dahlan dan Ki Hajar Dewantara,” ulasnya.
Seminar yang dipandu oleh Sri Fatmawati yang merupakan
aktivis relawan Komunitas Guru Inspiratif (KGI) ini menurut Andri sangatlah
penting sekali, karena diharapkan metode coaching bisa menjadi sebuah
kultur baru yang dapat menjaga performa dan produktivitas
yang telah terbentuk agar selalu dalam kondisi optimal.
“Penerapan coaching di bidang pendidikan diharapkan dapat
mengoptimalkan potensi diri dan potensi professional kepala sekolah, guru, dan
mahasiswa sebagai calon guru. Sehingga dapat meningkatkan kinerja yang akan
mendukung pencapaian pendidikan karakter dan target organisasi, diantaranya
visi, misi dan tujuan sekolah,”tandasnya.
Direktur MBS Kampung Sawah Ustadz Irfanuddin menguatkan apa
yang disampaikan Andri berkaitan dengan seminar coaching. Irfanuddin mengatakan,
dengan mengikuti seminar coaching peserta sangat beruntung sekali, karena peserta
akan mendapatkan paradigma baru dalam dunia pendidikan. Bagi dirinya sangat
besar sekali manfaatnya.
“Para peserta memahami sepenuhnya bahwa pendekatan coaching
dapat di implementasikan dalam dunia pendidikan. Selain itu, para peserta bisa
‘menyaksikan live’
bagaimana demontrasi proses coaching berlangsung dalam menggali potensi peserta
didik atau individu dalam mencapai goal belajar mereka di Sekolah maupun skill
lainnya,” tutupnya
Redaktur: Indra Jaya
ANALISIS
Berdasarkan berita yang
penulis dapat dari harian berita online yaitu Muhammadiyah.or.id, berita
tersebut memuat pelaksanaan seminar pendidikan yang bertemakan “Coaching Dalam Dunia Pendidikan; Transformasi
Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri “ di Muhammadiyah Boarding School dan Fakultas
Keguruan dan Ilmu pendidikan UHAMKA. Pelaksanaan seminar ini menghadirkan pakar
dan pengembangan pendidikan choaching profesional Indonesia yaitu Coach Rizqie
Amalia.
Menurut analisis
kelompok, pelaksanaan seminar ini sangat bagus dilaksanakan. Output yang diharapkan setelah adanya seminar
ini adalah mengoptimalkan potensi diri dan profesional kepala sekolah melalui
pelaksanaan choaching pendidikan. Dengan dilaksanakan chouching ini, diharapkan
kepala sekolah memiliki keterampilan dan mengimplementasikan dalam dunia
pendidikan.
B. Coach Harus Terampil dalam Membimbing Peserta Diklat
Jakarta - Efektifitas
penyelenggaraan Diklatpim Pola Baru ditentukan oleh kemampuan coach dalam
menransferkan ilmunya secara tepat kepada para peserta diklat. Namun, pada
kenyataannya kemampuan yang diperlukan itu tidak dibarengi dengan penguatan
kapasitas coach yang mumpuni.
“Peranan coach semakin
penting sejak diselenggarakannya Diklatpim Pola Baru. Fungsi coach dalam
membimbing peserta diklat untuk berkontribusi dalam proyek perubahan semakin
meningkat,” jelas Kepala LAN, DR. Adi Suryanto, Msi, saat membuka “Workshop
Coaching” di Gedung Wisesa Kampus PPLPN Lembaga Administrasi Negara,
Pejompongan, Senin (19/10).
Kepala LAN mengatakan,
workshop yang diselenggarakan ini diharapkan akan memberikan wawasan baru
kepada para coach yang selama ini aktif membimbing peserta diklat. Coach harus
berfungsi sebagai pendorong potensi peserta diklat untuk melakukan proyek
perubahan yang inovatif.
“Bukan malah mematikan
kreativitas peserta diklat. Makanya LAN merasa perlu membekali coach dengan
pengetahuan dan ketrampilan yang cukup guna mengarahkan peserta menyusun proyek
perubahannya,” jelas dia.
Kepala LAN juga
berharap, workshop coaching ini akan memberikan pemahaman baru bagi para coach
dalam membimbing peserta diklat.
“Ini menjadi awal bagi
kita semua. Mudah-mudahan nanti akan ada pusat coach nasional yang dapat
memberikan akreditasi bagi para coach,” jelasnya.
Workshop Coaching
yang berlangsung selama 4 hari dari 19-22 oktober 2015 itu diikuti sebanyak 30
orang peserta. (choky/humas)
Metode yang digunakan
dalam workshop choaching ini adalah metode on the job training, Karna diklat ini diselenggarakan di Gedung
Wisesa Kampus PPLPN Lembaga Administrasi Negara. Menurut analisis kelompok,
penyelenggaraan workshop choaching ini bagus dilaksanakan karna tujuan utama
penyelenggaraan choaching ini ditujukan untuk pelatih/trainer. Hal ini
berangkat dari permasalahan kurangnya keterampilan pelatih dalam mengarahkan
peserta diklat untuk menciptakan perubahan bukan mematikan kreatifitas peserta
diklat
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode pendidikan pelatihan adalah metode pembelajaran dalam pendidikan dan
pelatiihan dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran
Metode
pembelajaran dalam pendidikan dan pelatihan terbagi atas metode on the job
training dan metode off the job training. Metode on the job training merupakan
suatu kegiatan pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan ditempat kerja dan
berfokus kepada peningkatan produktivitas secara tepat sedangkan off the job
training adalah pelatihan yang dilakukan diluar waktu kerja dan berlangsung
dilokasi yang jauh dari tempat kerja agar peserta diklat lebih focus pada
perkembangan pendidikan jangka panjang.
Jadi
bentuk pelatihan on the job training adalah job instruclion training,
apprenticeship, internship dan assistantships, job rotation dan transfer,
junior boards dan committe assignments, choaching dan counselling. Sedangkan
model of the job training adalah vestibule training, lecture, independent selft-study,
visual presentations, cofferences dan discussions, teleconferencing, case
studies, role playing, simulations, programmed instruction, computer-based
training, laboratory training, dan programmed group excercise.
B. Saran
Dengan penulisan makalah ini, diharapkan kepada mahasiswa, calon pendidik, calon tenaga
pendidikan mampu memahami
metode pembelajaran dalam pendidikan dan pelatihan dan menerapkan dalam dunia
pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Rusdiana, Hasan Basri. 2015. Manajemen
Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Muhammadiyah.Co.id