Senin, 19 Desember 2016

Metode Pembelajaran Dalam Pendidikan dan Pelatihan



METODE PEMBELAJARAN
DALAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
 Mata Kuliah Manajemen Diklat


Disusun Oleh :
SANIA VAND SISKA        14002010
YUSNIARTI                        14002020
PUTRI ANANDITA           14002027
MAY SIMBOLON               14002079
RAUDHATUL JANNAH   14002043


JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016

KATA PENGANTAR

 

Puji dan syukur kehadirat Allah swt, atas rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah untuk Tugas Kelompok Mata Kuliah Manajemen Diklat.
Penulisan makalah ini tentunya memerlukan bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak yang ada di sekitar Penulis, untuk itu Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1.      Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan berupa moril ataupun materil.
2.      Bapak  Dr. Ahmad Sabandi, M.pd. selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Manajemen Diklat yang telah memberikan bimbingan.
Penulis menyadari banyak kesalahan dalam pembuatan makalah ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga untuk kedepannya Penulis tidak melakukan kesalahan yang sama.
Demikianlah makalah Penulis susun dengan harapan semoga bermanfaat bagi semua pihak dan mohon maaf atas kesalahan.
                                                                                            Padang, September 2016



        Penulis



BAB I
PENDAHULUAN

 

A.      Latar Belakang

Pembelajaran adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep pembelajaran yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar dan pembelajaran. Konsep belajar berakar pada pihak peserta pembelajaran/peserta diklat dan konsep pembelajaran berakar pada pihak fasilitator/widyaiswara. Dalam proses belajar mengajar (PBM)akan terjadi interaksi antara peserta pembelajaran dengan narasumber / fasilitator/ widyaiswara. Peserta pembelajaran adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedang fasilitator adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah dan pengelola kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
      Mengenai konsep dan proses tersebut diatas kaitannya dengan Pendikan dan Pelatihan hampir tidak ada bedanya, yang membedakan adalah dalam menerapkan pendekatan pembelajarannya. Jika dalam proses PBM lebih mengedepankan pendekatan Paedagogik sedangkan dalam proses Diklat lebih tepat mengedepankan Andragogik.
Kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen, yaitu peserta pembelajaran, guru/pendidik/fasilitator, tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode mengajar, media atau sumber belajar dan evaluasi. Tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta pembelajaran atau peserta diklat setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti : perubahan yang secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku (over behaviour) yang dapat diamati melalui alat indera oleh orang lain baik tutur katanya, motorik dan gaya hidupnya. Jika berorientasi pada Tujuan Diklat maka akan mengubah pada peningkatan wawasan pengetahuan/knowledge, peningkatan sikap dan perilaku/attitude dan peningkatan keahlian dan keterampilan/skillnya. (PP No. 101  tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan bagi Pegawai Negeri Sipil).
      Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan mengenai pendidikan atau pelatihan karena keeratan hubungan antara keduanya. Metodologi mengajar dalam dunia pembelajaran perlu dimiliki oleh pendidik/fasilitator/widyaiswara, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara mengajar fasilitatornya. Jika cara mengajarnya enak, maka peserta pembelajaran akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan. Jika antusiasme mengikuti pembelajaran atau diklat tercipta maka proses KBM atau kediklatan akan kondusif dan efektif dan hasil belajar yang dicapai akan berpengaruh pada pesertanya.
      Karena metode mengajar banyak ragamnya, maka kita harus mampu menerapkan aneka ragam metode tersebut agar dalam proses belajar mengajar bervariatif, disesuaikan dengan tipe belajar peserta diklat dan kondisi serta situasi yang ada pada saat itu, sehingga tujuan pengajaran yang telah dirumuskan oleh fasilitator dapat terwujud/tercapai. Karena pada hakikatnya semakin bervariatif metode pembelajaran yang diterapkan akan semakin dekat dengan pencapaian tujuan, sebaliknya semakin terbatas metode pembelajaran akan semakin jauh atau kering dari pencapaian tujuan pembelajaran. Melihat begitu pentingnya metode mengajar dalam pembelajaran pendidikan dan pelatihan, maka penulis ingin membahasnya lebih jauh terkait dengan Metode pembelajaran dalam pendidikan dan pelatihan.

B.       Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan permasalahan adalah bagaimana metode pembelajaran dalam pendidikan dan pelatihan?

C.      Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui metode pembelajaran dalam pendidikan dan pelatihan

BAB II
LANDASAN TEORI

 

A.  Konsep Metode Diklat

Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan metode sebagai cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Metode juga menyangkut masalah cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Metode pendidikan pelatihan adalah metode pembelajaran dalam pendidikan dan pelatiihan dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

B.  Metode Pelatihan

Menurut Cherrington (1995:358), metode dalam pelatihan dibagi dua, yaitu on the job training dan off the job training. On the job training lebih banyak digunakan dibandingkan off the job training. Hal ini disebabkan karena metode on the job training lebih focus pada peningkatan produktivitas secara tepat. Sedangkan metode off the job training lebih focus pada perkembangan dan pendidikan jangka panjang.
1.    Model on the job training
a.    Makna on the job training
Menurut Gary Dessler (2006: 285) on the job (OJT) merupakan kegiatan melatih seseorang untuk mempelajari pekerjaan sambil mengerjakannya.
Menurut Handoko (1989) pelatihan diberikan pada saat karyawan bekerja. Sambil bekerja seperti biasa, karyawan memperoleh pelatihan sehingga dapat memperoleh umpan balik secara langsung dari pelatihnya.

b.    Bentuk Pelatihan On The Job Training
Menurut Cherrington (1995: 358) bentuk On The Job Training dibagi menjadi enam :
1)   Job Instruction Training
Job Instruction Training merupakan bentuk pelatihan yang memerlukan analisis  kinerja pekerjaan secara teliti. Pelatihan ini dimulai dengan penjelasan awal tentang tujuan pekerjaan . pelatihan ini dimulai dengan penjelasan awal tetang tujuan pekerjaan dan menunjukan langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan.
2)   Apprenticeship
Merupakan bentuk pelatihan yang mengarah pada proses penerimaan karyawan baru yang bekerja bersama dan dibawah bimbingan praktisi yang ahli untuk beberapa waktu tertentu.
Efektivitas pelatihan ini bergantung pada kemampuan praktisi yang ahli dalam mengawasi proses pelatihan.
3)   Internship dan Assistantships
Merupakan bentuk pelatihan yang hampir sama dengan pelatihan apprenliceships, hanya pelatihan ini mengarah pada kekosongan pekerjaan yang menuntut pendidikan formal yang lebih tinggi. Contoh internships training adalah cooperalive education project maksudnya aadalah pelatihan bagi siswa yang bekerja disuatu perusahaan dan diperlakukan sama seperti karyawan dalam perusahaan, tetapi tetap dibawah pengawasan ahli.
4)    Job Rotation dan Transfer
Merupakan proses belajar untuk mengisi kekosongan dalam manajemen dan teknikal.pelatihan ini memiliki beberapa kekurangan yaitu:
a)    Peserta pelatihan hanya merasa dipekerjaan sementara tidak mempunyai komitmen untuk terlibat dalam pekerjaan dengan sungguh sungguh.
b)   Banyak waktu yang terbuang untuk member orientasi pada peserta terhadap kondisi pekerjaan yang baru.
Pelatihan ini juga mempunyai keuntungan yaitu jika pelatihan ini diberikan oleh manajer ahli maka peserta akan memperoleh tambahan pengetahuan mengenai pelaksanaan dan praktik dalam pekerjaan.
5)   Junior Boards and Committee Assignment
Merupakan alternative pelatihan dengan memindahkan peserta pelatihan dalam komite dengan tujuan bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan administrasi dan menempatkan peserta dalam anggota eksekutif agar memperoleh kesempatan dalam berinteraksi dengan eksekutif yang lain.
6)   Couching dan counselling
Merupakan bentuk pelatihan yang mengharapkan timbal balik dalam penampilan kerja, dukungan dari pelatih, dan penjelasan secara perlahan cara melakukan pekerjaan secara tepat.

2.    Model off the job training
a.    Makna off the job training
Merupakan bentuk pelatihan yang dilakukan diluar waktu kerja, dan berlangsung dilokasi yang jauh dari tempat kerja, agar perharian peserta lebih terfokus.
Peserta pelatihan menerima presentasi tentang aspek tertentu, kemudian diminta untuk memberikan tanggapan sebagaimana dalam kondisi yang sebenarnya. Dalam teknik ini juga digunakan metode simulasi.
Kelebihan dari metode off the job training ini adalah
1)    Trainer lebih terampil dalam mengajar
2)   Trainer atau karyawan terhindar dari kekacauan dan tekanan situasi kerja
3)   Tidak mengganggu proses kerja di tempat kerja
4)   Waktu dan perhatian memadai
b.    Bentuk pelatihan off the job training
Menurut cherrington (1995:358) metode pelatihan off the job training dibagi menjadi tiga belas macam, yaitu:
1)   Vestibule training
Merupakan bentuk pelatihan yang dilakukan ditempat tersendiri yang dikondisikan seperti tempat aslinya.
2)   Lecture
Merupakan bentuk pelatihan berbentuk penyampaian informasi kepada sejumlah orang dalam waktu bersamaan
3)   Independent self study
Merupakan bentuk pelatihan yang mengharapkan peserta untuk melatih diri sendiri, misalnya dengan membaca buku, majalah, mengambil kursus pada universitas local dan mengikuti pertemuan profesional.
4)   Visual presentation
Merupakan bentuk pelatihan dengan menggunakan televise, fulm, video, atau presentasi dengan menggunakan slide.
5)   Conferences dan discussion
Merupakan pelatihan yang digunakan untuk pengambilan keputusan dan masing-masing peserta dapat saling belajar antara yang satu dengan yang lainnya.
6)   Teleconferencing
Merupakan bentuk pelatihan dengan menggunakan satelit, yang pelatih dan peserta dimungkinkan untuk berada pada tempat yang berbeda.
7)   Case Studies
Merupakan pelatihan yang digunakan dalam kelas bisnis, yaitu peserta dituntut untuk menemukan prinsi-prinsip dasar denngan menganalisis masalah yang ada.
8)   Role Playing
Merupakan bentuk pelatihan yang mengondisikan peserta pada permsalahan tertentu. Peserta harus dapat menyelesaikan permasalahan seolah-olah terlibat langsung.
9)   Simulation
Merupkan bentuk pelatihan yang menciptakan suasana belajaryang sangat sesuai atu mirip dengan kondisi pekerjaan. Pelatihan ini digunakan untuk belajar secara teknikal danmotor skill.
10)         Programmed Instruction
Merupakan bentuk pelatihan penerapan prinsip dalam kondisi opersional, biasanyamenggunakan computer.
11)         Computer-based training
Merupakan bentuk pelatihan yang diharapkan mempunyai hubungan interktif antara computer dengan peserta, yaitu peserta diminta untuk merespon secara langsung selama proses belajar.
12)         Laboratory Trainning
Merupakan bentuk pelatihan yang  terdiri dari kelompok diskusi yang tidak beraturan. Setiap peserta diminta untuk mengungkapkan perasaannya antara yang satu dengan yang lain. Tujuan pelatihan ini adalah untuk menciptakan kewaspadaan dan menigkatkan sensitivitas terhadp prilaku dan persaan orang lain atau pun dalam kelompok.
13)         Programmed Group Excersice
Merupakan bentuk pelatihan yang melibatkan peserta untuk bekerjasama dalam memecahkan masalah.

C.  Strategi Metode Pembelajaran Diklat

Metode penyampaian pelatian bergantung pada tujuan yang diinginkan. Meneurut keren Lawson (1977), secara ringkas strategi pelatihan terdiri atas penambahan pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan menumbuhkan sikap (prilaku).
1.      Strategi untuk Menambah Pengetahuan
Tujuan pelatiha adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan kepada peserta. Setelah selesai pelatihan, setiap peserta diharapkan semakin luas pengetahuan dan wawasannya sehingga berdaya guna dalam meningkatkan kinerja untuk mencari ide-ide dan pemikiran baru. Menambah pengetahuan dalam dilaksanakan dengan metode:
a.       Buku tes/materi tertulis
b.      Kuliah dan presentasi
c.       Permainan
d.      Diskusi terpadu
e.       Tayangan
2.      Strategi untuk meningkatkan Keterampilan
Jika tujuan pelatihan untuk menambahketerampilan peserta , aktivitas lapangan menjadi landasan sbuah keberhasikan pelatihan. Praktik dilapangan merupakan cara efektif untuk meningkatkan keterampilan karena banyaknya kasus yang akan dihadapi. Kasus actual yang terjadi merupakan pembelajaran yang tepat untuk pelatihan tersebut. Bentuk pelatihan ini diantaranya dengan cara:
a.       Role play
b.      Simulasi
c.       On the job training
d.      Aktifitas sesuai arahan.
3.      Strategi untuk Menumbuhkan Sikap
Sikap atau perilaku merupakan salah satuparameter yangcukup penting dalam membangun keberhasila sebuah tim. Perilaku efektif, positif  dan lainnya menjadi dasar komunikasi dan berujung pada sebuah win-win solusi jika melibatkan beberapa pihak.
Cara pelatihan ini dapat dilakukan dengan metode sebagai berikut:
a.       Diskusi terpadu
b.      Diskusi kelompok
c.       Debat
d.      Studi kasus


BAB III
PENERAPAN

A.  Pelaksanaan Choaching di Muhammadiah Boarding Scholl

JAKARTA, MUHAMMADIYAH.OR.ID - Muhammadiyah Boarding School (MBS) Kampung Sawah dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UHAMKAakan menyelenggarakan Seminar Pendidikan Mutakhir, Sabtu (04/06) di Auidtorium KH. Ahmad Dahlan Kampus B UHAMKA Jakarta. Seminar yang bertemakan “Coaching Dalam Dunia Pendidikan; Transformasi Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri” ini menghadirkan pakar dan pengembang pendidikan coaching profesional Indonesia Coach Rizqie Amalia dan penulis buku 13 Pelangi Cinta Yessy Yanita Sari.
Ketua Pelaksana Andri Yulianto mengatakan, kegiatan ini diprakarsai karena keprihatinan yang mendalam atas realitas pendidikan yang tanpa disadari sedang menjauh dari falsafah dan ruh pendidikan itu sendiri, yaitu menggali potensi, memunculkan karakter dan fitrah peserta didik serta melejitkannya menjadi rahmat bagi semesta alam.
“Lihat fenomena yang semakin gila tentang output dan perilaku dari peserta didik dan bahkan oknum pendidik itu sendiri. Kasus pemerkosaan dengan pacul, guru mencubit dipenjara, guru digundul orangtua dan lain sebagainya. Membuat nurani kita merinding,” katanya.
Lebih dalamnya lagi Andri mengulas, sesungguhnya maksud pendidikan itu adalah sempurnanya hidup manusia sehingga bisa memenuhi segala keperluan hidup lahir dan batin. Jadi menurutnya, pengetahuan, kepandaian janganlah dianggap maksud dan tujuan, tetapikepandaian hanyalah alatdan perkakas. Bunganya, yang kelak akan jadi buah, itulah yang harus diutamakan.
“Buahnya pendidikan, yaitu matangnya jiwa, yang akan mewujudkan hidup dan penghidupan yang tertib dan suci dan manfaat bagi orang lain. Demikian harapan dan falsafah pendidikan yang digagas oleh banyak tokoh, termasuk Ki Ahmad Dahlan dan Ki Hajar Dewantara,” ulasnya.
Seminar yang dipandu oleh Sri Fatmawati yang merupakan aktivis relawan Komunitas Guru Inspiratif (KGI) ini menurut Andri sangatlah penting sekali, karena diharapkan metode coaching  bisa menjadi sebuah kultur baru yang dapat menjaga performa  dan produktivitas  yang  telah terbentuk agar selalu dalam kondisi optimal.
“Penerapan coaching di bidang pendidikan diharapkan dapat mengoptimalkan potensi diri dan potensi professional kepala sekolah, guru, dan mahasiswa sebagai calon guru. Sehingga dapat meningkatkan kinerja yang akan mendukung pencapaian pendidikan karakter dan target organisasi, diantaranya visi, misi dan tujuan sekolah,”tandasnya.
Direktur MBS Kampung Sawah Ustadz Irfanuddin menguatkan apa yang disampaikan Andri berkaitan dengan seminar coaching. Irfanuddin mengatakan, dengan mengikuti seminar coaching peserta sangat beruntung sekali, karena peserta akan mendapatkan paradigma baru dalam dunia pendidikan. Bagi dirinya sangat besar sekali manfaatnya.
“Para peserta memahami sepenuhnya bahwa pendekatan coaching dapat di implementasikan dalam dunia pendidikan. Selain itu, para peserta bisa ‘menyaksikan live’ bagaimana demontrasi proses coaching berlangsung dalam menggali potensi peserta didik atau individu dalam mencapai goal belajar mereka di Sekolah maupun skill lainnya,” tutupnya
Redaktur: Indra Jaya
ANALISIS
Berdasarkan berita yang penulis dapat dari harian berita online yaitu Muhammadiyah.or.id, berita tersebut memuat pelaksanaan seminar pendidikan yang bertemakan “Coaching Dalam Dunia Pendidikan; Transformasi Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri “ di Muhammadiyah Boarding School dan Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan UHAMKA. Pelaksanaan seminar ini menghadirkan pakar dan pengembangan pendidikan choaching profesional Indonesia yaitu Coach Rizqie Amalia.
Menurut analisis kelompok, pelaksanaan seminar ini sangat bagus dilaksanakan.  Output yang diharapkan setelah adanya seminar ini adalah mengoptimalkan potensi diri dan profesional kepala sekolah melalui pelaksanaan choaching pendidikan. Dengan dilaksanakan chouching ini, diharapkan kepala sekolah memiliki keterampilan dan mengimplementasikan dalam dunia pendidikan.

B.  Coach Harus Terampil dalam Membimbing Peserta Diklat

Jakarta - Efektifitas penyelenggaraan Diklatpim Pola Baru ditentukan oleh kemampuan coach dalam menransferkan ilmunya secara tepat kepada para peserta diklat. Namun, pada kenyataannya kemampuan yang diperlukan itu tidak dibarengi dengan penguatan kapasitas coach yang mumpuni.
“Peranan coach semakin penting sejak diselenggarakannya Diklatpim Pola Baru. Fungsi coach dalam membimbing peserta diklat untuk berkontribusi dalam proyek perubahan semakin meningkat,” jelas Kepala LAN, DR. Adi Suryanto, Msi, saat membuka “Workshop Coaching” di Gedung Wisesa Kampus PPLPN Lembaga Administrasi Negara, Pejompongan, Senin (19/10).  
Kepala LAN mengatakan, workshop yang diselenggarakan ini diharapkan akan memberikan wawasan baru kepada para coach yang selama ini aktif membimbing peserta diklat. Coach harus berfungsi sebagai pendorong potensi peserta diklat untuk melakukan proyek perubahan yang inovatif.
“Bukan malah mematikan kreativitas peserta diklat. Makanya LAN merasa perlu membekali coach dengan pengetahuan dan ketrampilan yang cukup guna mengarahkan peserta menyusun proyek perubahannya,” jelas dia.
Kepala LAN juga berharap, workshop coaching ini akan memberikan pemahaman baru bagi para coach dalam membimbing peserta diklat.
“Ini menjadi awal bagi kita semua. Mudah-mudahan nanti akan ada pusat coach nasional yang dapat memberikan akreditasi bagi para coach,” jelasnya.
 Workshop Coaching yang berlangsung selama 4 hari dari 19-22 oktober 2015 itu diikuti sebanyak 30 orang peserta. (choky/humas)
Metode yang digunakan dalam workshop choaching ini adalah metode on the job training, Karna diklat ini diselenggarakan di Gedung Wisesa Kampus PPLPN Lembaga Administrasi Negara. Menurut analisis kelompok, penyelenggaraan workshop choaching ini bagus dilaksanakan karna tujuan utama penyelenggaraan choaching ini ditujukan untuk pelatih/trainer. Hal ini berangkat dari permasalahan kurangnya keterampilan pelatih dalam mengarahkan peserta diklat untuk menciptakan perubahan bukan mematikan kreatifitas peserta diklat

 


BAB IV
PENUTUP

A.  Kesimpulan

Metode pendidikan pelatihan adalah metode pembelajaran dalam pendidikan dan pelatiihan dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran
Metode pembelajaran dalam pendidikan dan pelatihan terbagi atas metode on the job training dan metode off the job training. Metode on the job training merupakan suatu kegiatan pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan ditempat kerja dan berfokus kepada peningkatan produktivitas secara tepat sedangkan off the job training adalah pelatihan yang dilakukan diluar waktu kerja dan berlangsung dilokasi yang jauh dari tempat kerja agar peserta diklat lebih focus pada perkembangan pendidikan jangka panjang.
Jadi bentuk pelatihan on the job training adalah job instruclion training, apprenticeship, internship dan assistantships, job rotation dan transfer, junior boards dan committe assignments, choaching dan counselling. Sedangkan model of the job training adalah vestibule training, lecture, independent selft-study, visual presentations, cofferences dan discussions, teleconferencing, case studies, role playing, simulations, programmed instruction, computer-based training, laboratory training, dan programmed group excercise.

B.  Saran

Dengan penulisan makalah ini, diharapkan kepada mahasiswa, calon pendidik, calon tenaga pendidikan mampu memahami metode pembelajaran dalam pendidikan dan pelatihan dan menerapkan dalam dunia pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Rusdiana, Hasan Basri. 2015. Manajemen Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Muhammadiyah.Co.id

1 komentar: